Pekan kedua Liga 1 2018, diwarnai dua kejutan dari tim yang dinilai semenjana. Adalah PSIS Semarang yang sukses menahan Bali United, serta PS Tira yang secara tak dinyana, justru melumat Madura United 1-0. Hasil ini membuat kedua klub tersebut kini justru mendapat perhatian dari tim – tim besar di kompetisi kasta tertinggi di Indonesia tersebut.
Untuk PSIS Semarang, meskipun baru beberapa hari bergabung, tampaknya sentuhan pelatih muda asal Italia, Vincenzo Annese sudah mulai terlihat. Pertahanan Mahesa Jenar jadi begitu rapi dan rapat untuk ditembus. Terasa sangat khas gaya cattenaccio, atau pertahanan grendel ala Italia.
Dimana dalam model pertahanan ini, bukan hanya bek dan gelandang yang dituntut turun ke garis pertahanan. Bahkam seorag penyerang seperti Bruno Silva pun beberapa kali tampak berada di lini bertahan PSIS untuk melapis pertahanan.
Kini duet bek Petar Planic dan Haudi Abdilah pun tampak jadi tembok yang begitu kokoh. Sehingga barisan penyerangan Bali United yang diisi pemain – pemain ‘premium’, seperti Ilija Spasojevic, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, Nick Van der Velden dan Yabes Roni tak berkutik.
Selain itu, set-up serangan balik cepat PSIS juga terbangun dengan apik. Sayang, mereka masih belum punya tukang gedor handal. Sehingga counter attack mereka masih dengan mudah bisa diantisipasi bek Bali United sebelum membahayakan gawang Wawan Hendrawan.
Rasa – rasanya jika Mahesa Jenar bisa melengkapi diri dengan seorang penyerang tangguh bertipe target man, mungkin prediksi yang menyebut mereka adalah salah satu calon kuat terdegradasi akan tersingkir. Setidaknya Annese sudah membuktikan kepada sejumlah orang yang sempat meragukan kapasitasnya.
Beralih ke PS Tira, capaiannya jelas bukan main – main. Setelah bikin kejutan pada pekan pertama, dengan menahana Persib Bandung di Bandung (1-1). Pada pekan kedua hasil yang mereka raih, jauh lebih membelalakkan mata. The Young Warriors sukses membuat Madura United, tim penuh bintang tersebut, pulang dengan kepala tertunduk, setelah mereka kalahkan 1-0.
Bila sekilas melihat permainan klub asuhan Rudy Eka Priyambaba ini memang seperti tidak terlalu istimewa. Namun ternyata kesederhanaan inilah justru yang kini jadi nilai plus bagi PS Tira. Bermain simpel dan pressing ketat dari awal, hingga akhir.
Hal ini membuat dua klub raksasa Indonesia harus pusing tujuh keliling menghadapi PS Tira. Mereka memainkan sepabola yang ‘ulet’ dan sulit untuk bisa dikendalikan permainannya.
Kekuatan utama PS Tira musim ini rupannya terletak pada racikan yang pas Rudy Eka. Pelatih muda ini sukses memadukan kekuatan dan semangat anak – anak muda PS Tira, dengan suntikan tenaga pemain asing yang sangat tepat.
Musim ini PS Tira memang merombak total legiun asingnya. Mereka mendatangkan empat pemain impor baru. Yang terdiri dari, Kim Sang Min (bek), Gustavo Lopez (gelandang), Mariano Berriex (gelandang) dan Aleksandr Rakic (penyerang).
Empat pemain ini rupanya cukup sukses memberikan warna tersendiri bagi PS Tira. Khusus untuk Berriex, saya harus memberikan kredit poin tersendiri. Baru pertama bermain di Indonesia, Nano sapaan akrabnya justru langsung bisa jadi kekuatan utama PS Tira di lini tengah.
Rasa – rasanya kini memang kita tak lagi pantas, memandang remeh PS Tira dan menempatkan mereka juga sebagai calon penghuni papan bawah. Jika konsisten bermain seperti ini, tim yang dahulu bernama PS TNI tersebut dijamin akan jadi kuda hitam yang berbahaya musim ini.
referensi : striker.id
Kini duet bek Petar Planic dan Haudi Abdilah pun tampak jadi tembok yang begitu kokoh. Sehingga barisan penyerangan Bali United yang diisi pemain – pemain ‘premium’, seperti Ilija Spasojevic, Irfan Bachdim, Stefano Lilipaly, Nick Van der Velden dan Yabes Roni tak berkutik.
Selain itu, set-up serangan balik cepat PSIS juga terbangun dengan apik. Sayang, mereka masih belum punya tukang gedor handal. Sehingga counter attack mereka masih dengan mudah bisa diantisipasi bek Bali United sebelum membahayakan gawang Wawan Hendrawan.
Rasa – rasanya jika Mahesa Jenar bisa melengkapi diri dengan seorang penyerang tangguh bertipe target man, mungkin prediksi yang menyebut mereka adalah salah satu calon kuat terdegradasi akan tersingkir. Setidaknya Annese sudah membuktikan kepada sejumlah orang yang sempat meragukan kapasitasnya.
Beralih ke PS Tira, capaiannya jelas bukan main – main. Setelah bikin kejutan pada pekan pertama, dengan menahana Persib Bandung di Bandung (1-1). Pada pekan kedua hasil yang mereka raih, jauh lebih membelalakkan mata. The Young Warriors sukses membuat Madura United, tim penuh bintang tersebut, pulang dengan kepala tertunduk, setelah mereka kalahkan 1-0.
Bila sekilas melihat permainan klub asuhan Rudy Eka Priyambaba ini memang seperti tidak terlalu istimewa. Namun ternyata kesederhanaan inilah justru yang kini jadi nilai plus bagi PS Tira. Bermain simpel dan pressing ketat dari awal, hingga akhir.
Hal ini membuat dua klub raksasa Indonesia harus pusing tujuh keliling menghadapi PS Tira. Mereka memainkan sepabola yang ‘ulet’ dan sulit untuk bisa dikendalikan permainannya.
Kekuatan utama PS Tira musim ini rupannya terletak pada racikan yang pas Rudy Eka. Pelatih muda ini sukses memadukan kekuatan dan semangat anak – anak muda PS Tira, dengan suntikan tenaga pemain asing yang sangat tepat.
Musim ini PS Tira memang merombak total legiun asingnya. Mereka mendatangkan empat pemain impor baru. Yang terdiri dari, Kim Sang Min (bek), Gustavo Lopez (gelandang), Mariano Berriex (gelandang) dan Aleksandr Rakic (penyerang).
Empat pemain ini rupanya cukup sukses memberikan warna tersendiri bagi PS Tira. Khusus untuk Berriex, saya harus memberikan kredit poin tersendiri. Baru pertama bermain di Indonesia, Nano sapaan akrabnya justru langsung bisa jadi kekuatan utama PS Tira di lini tengah.
Rasa – rasanya kini memang kita tak lagi pantas, memandang remeh PS Tira dan menempatkan mereka juga sebagai calon penghuni papan bawah. Jika konsisten bermain seperti ini, tim yang dahulu bernama PS TNI tersebut dijamin akan jadi kuda hitam yang berbahaya musim ini.
referensi : striker.id